Diskusi tentang Sales Territory memang tak akan ada habisnya. Beberapa bulan lalu saya sempat menjawab dan mengomentari PJP Salesman di tempat teman saya bekerja. Kenapa route yang diberikan ke Salesman ngacak ke sana kemari dan tidak terfocus ke satu basic control unit saja. Banyak kunjungan Sales yang menembus batas antar wilayah Kabupaten. Otomatis secara workload banyak Salesman yang harus mengarungi 7 kecamatan hanya demi 7 outlet dengan estimasi PO/ call yang didapat 3 juta. Belum tentu juga semuanya jadi EC. Ada lagi, Salesman harus menempuh jarak lebih dari 100 km dalam sehari. Di sisi cost, banyak area yang sama dikunjungi ber-ulang2 di beberapa hari berikutnya. Capek dengarnya.

Saya tidak bilang ini salah atau benar. Karena sales territory adalah sebuah konsep. Dan masing2 perusahaan membuat konsep sesuai kebutuhan dan scale-nya sendiri. Tapi mbok ya jangan nyusahin team Pengiriman. Ingat kata pepatah : "PO itu bukan Omzet. PO akan menjadi omzet setelah barang dikirim oleh team Pengiriman. Kalau ngirim-nya susah, bisa jadi omzet akan tidak maksimal"

Satu2nya penjelasan yang masuk akal buat saya adalah setelah membaca buku berjudul "𝐒𝐚𝐥𝐞𝐬 𝐃𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐠𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭. 𝐃𝐞𝐜𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧𝐬, 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐭𝐞𝐠𝐢𝐞𝐬, 𝐀𝐧𝐝 𝐂𝐚𝐬𝐞𝐬" yang disusun bareng oleh Richard R. Still, Edward W. Cundiff, Norman A. P. Govoni dan Sandeep Puri terbitan tahun 2017.